I hope that you belong with me
"You belong with me............ Have you ever thought just maybe... You belong with me? You belong with me................"
Lagu You Belong with Me-nya Taylor Swift hari ini dibawakan sukses oleh Jungle Band. Tepuk tangan dari penonton meriuhkan lapangan ini. "Selamat malam dan sampai jumpa lain kali..." ucap sang vokalis kepada penonton diikuti oleh puluhan jeritan dan juga ratusan tepuk tangan dari arah penonton.
"Gimana penampilanku tadi? Keren kan?" tanya Genta sambil meraih jaket yang diberikan Elok. Elok nyengir "Yaaa lumayan lah...." sambil berjalan mendahului. Genta yang baru memakai satu tangan langsung berjalan cepat mengejar Elok. "Kok lumayan? Padahal aku udah nyanyi lagu spesial lho......." goda Genta sambil tertawa nakal.
Elok berhenti dan mengerutkan keningnya. "Apa spesialnya?" katanya lalu melanjutkan jalannya yang sedikit tergesa-gesa. "Masak gak tau? Itu lagu buat kamu......." jawab Genta centil sambil memperbaiki posisi jaketnya dan mengejar langkah Elok. "Geeeeen...!!" Elok sedikit gemas dengan gaya Genta yang centil.
"Aku serius...." kata Genta sambil menghentikan langkahnya. Elok pun mengikuti untuk berhenti dan membalikkan badannya ke arah Genta.
"Kamu masih belum ngerti aku............" Elok menjawabnya dengan pelan, lalu menghela nafas, dan berbalik badan melanjutkan langkahnya. Genta setengah berlari mengejar Elok "Apa? Apa itu... Sapa itu... Aga? Ya, Aga...?" Genta mengatakan nama itu dengan setengah cengengesan.
Elok lagi-lagi menghentikan langkahnya. "Inget Gen.... Dia dua tahun diatasmu..." gerutu Elok lalu berjalan lagi dan mempercepat langkahnya. Genta masih diam di tempat.
"Tapi aku serius..... Aku serius suka kamu......" kata-kata yang terlontar dari mulut Genta membuat Elok berhenti melangkah. "Karena saking terlalu mengertinya aku.... You belong with me......." kalimat ini membuat Elok tersedak. Elok membalikkan badannya.
"Apa arti surat kagum kemaren...?" lanjut Genta dengan sedikit tersenyum. "Kau lupa? Aku dua tahun diatasmu, Gen........ Inget itu......." Elok memberikan penekan pada kata 'dua tahun'. "Cinta gak mandang usia, Lok......" jawab Genta enteng.
Elok terlihat tampak kesal. Lalu dia membalikkan badan. "Harusnya kemaren aku bentak kamu tepat didepan wajahmu...." kata Elok sambil melanjutkan langkahnya. Genta yang melihat Elok melangkah akhirnya berlari mengerjarnya. "Hahaha maafkan aku.. Aku hanya bercanda..., mbak Elok" Elok yang mendengar namanya disebut dengan gelarnya tak kuasa menyembunyikan senyum di bibirnya dan berjalan menuju sebuah bangku di bawah lampu taman.
Elok pun duduk dibangku tersebut. Tak lama, Genta menyusul duduk disebelahnya. "Jadi gimana...?" tanya Genta sambil memperbaiki tali sepatunya yang terlepas. Tak ada jawaban dari Elok. Sunyi...... "Jadi gimana, mbak Elok....?" katanya sambil menoleh ke arah Elok. Ya ampun! Elok lagi memakai headphone yang sedari tadi berada di lehernya. Sepertinya dia menikmati alunan musik yang keluar dari headphonenya sampai dia menutup mata dan senyum tipis muncul dari bibirnya. Genta tersenyum ke arah Elok. Ada juga ya bidadari suka musik sepik Genta dalam hati. Dia pun pergi meninggalkannya yang tenggelam dalam alunan musik.............
Akhirnya Elok melepaskan headphone yang menempel di telinganya hampir 10 menit itu. Elok pun menoleh ke kanan dan kiri mencari orang yang tadi berada di sebelahnya. "Udah puas?" suara Genta menggelegar dari belakang lalu kembali duduk di sebelah Elok dan menyodorkan segelas teh panas. Elok tersenyum sambil menerima gelas tersebut. Mereka berdua pun menyeduh teh tersebut. Sunyi.... Senyap... Mereka terlarut oleh segelas teh masing-masing.
"Kok bintangnya gak ada ya......?" lagi-lagi Genta memecahkan suasana sepi. Elok masih terus menyeduh tehnya. "Kemana semuanya ya, mbak Elok?" tanya Genta lalu menatap wajah Elok. Elok yang masih menyeduh tehnya menoleh ke arah Genta sambil mengangkat pundaknya arti tak tahu. "Kayaknya semua bintangnya ada di sebelahku deh... Soalnya daritadi bersinaaaaar terus...." sepikan Genta membuat Elok berhenti menyeduh tehnya dan tertawa. "Aduh bintangnya lagi ketawa nih...." goda Genta dan akhirnya mendapat pukulan empuk dari tangan Elok.
"Jangan genit-genit... Hentikan, Gen...." Elok masih terus tertawa kecil. Genta pun ikut tertawa. "Jadi gimana?" sela Genta tiba-tiba. "Gimana apanya, dek?" jawab Elok. Genta sedikit terpana baru kali ini Elok memanggilnya 'dek' yang membuat hatinya sedikit teriris. "Kau sudah tau apa isi hatiku... Sekarang aku ingin tau apa isi hatimu........." perkataan Genta membuat Elok berhenti tertawa. Elok menatap Genta sejenak lalu memalingkan pandangan ke arah langit. Hening......
"Maaf, Gen.......... Aku gak bisa...." jawaban Elok membuat Genta menelan air ludahnya. Pahit. "Gara-gara Aga?" tanya Genta sedikit membentak. "Mas AGAAA!!! Ingat, dia 2 tahun diatasmu, Gen!" jawaban Elok lebih membentak lagi.
"Apalah arti mas kalo kelakuan kayak anak kecil. Bahkan bukan anak kecil lagi, bukan manusia mungkin!" Genta meluapkan amarahnya. Elok langsung memalingkan wajahnya menatap Genta. "Apa maksudmu? Jaga ucapanmu, Gen!" Elok membentak Genta. Genta pun menatap Elok. Terlihat jelas amarah tampak di mata perempuan di depannya itu.
"Apa arti tangisanmu pas hari terakhir mos, mbak Elok?" kalimat ini membuat Elok melotot ke arahnya. "Aa...aappa maksudmu?" Elok terbata-bata menjawab.
Genta langsung berdiri dan berjalan ke arah depan. "..Aku masih ingat jelas waktu itu... Kamu nangis sambil memohon-mohon didepannya kan? Waktu itu kalian lagi ada di kantin...." cerita Genta membuat Elok kaget.
"Ka...kamu kok tau?" lagi-lagi Elok terbata-bata dan sedikit ketakutan. Genta membalikkan badannya. "Waktu itu aku mau nganter surat kagumku. Tapi aku nyari kamu kemana-mana nggak ada. Ternyata kamu lagi......." Genta gak melanjutkan ceritanya karena melihat Elok sudah menutup wajahnya.
Dia menghampiri perempuan itu untuk berlutut dihadapannya dan memegang pundaknya. "Sudahlah mbak Elok. Buat apa kamu pertahanin ini semua... Dia ya, yang cuma hal sepele kayak gitu bisa bentak-bentak kamu. Apa maksudnya coba......" suara Genta yang mengalun pelan hingga membuat badan Elok bergetar. Pikiran Elok langsung terbayang-bayang kejadian itu..... Genta tersenyum kearah gadis di depannya.
Angin di taman kota ini berhembus lumayan besar malam ini. Genta melepaskan jaketnya dan memakaikannya ke badan Elok. Elok masih diam dan badannya terasa bergetar di tangan Genta. Lagi-lagi Genta tersenyum. "Udah, yuk balik. Aku anter mbak Elok pulang. Makasih ya mbak udah nyempetin kesini........." kalimat Genta membuat Elok seperti tersadar dari pikirannya yang kalut. Elok menatap laki-laki di depannya lalu tersenyum tipis. Mereka pun pergi meninggalkan taman kota tersebut.................
"Maaf, Gen.......... Aku gak bisa...." jawaban Elok membuat Genta menelan air ludahnya. Pahit. "Gara-gara Aga?" tanya Genta sedikit membentak. "Mas AGAAA!!! Ingat, dia 2 tahun diatasmu, Gen!" jawaban Elok lebih membentak lagi.
"Apalah arti mas kalo kelakuan kayak anak kecil. Bahkan bukan anak kecil lagi, bukan manusia mungkin!" Genta meluapkan amarahnya. Elok langsung memalingkan wajahnya menatap Genta. "Apa maksudmu? Jaga ucapanmu, Gen!" Elok membentak Genta. Genta pun menatap Elok. Terlihat jelas amarah tampak di mata perempuan di depannya itu.
"Apa arti tangisanmu pas hari terakhir mos, mbak Elok?" kalimat ini membuat Elok melotot ke arahnya. "Aa...aappa maksudmu?" Elok terbata-bata menjawab.
Genta langsung berdiri dan berjalan ke arah depan. "..Aku masih ingat jelas waktu itu... Kamu nangis sambil memohon-mohon didepannya kan? Waktu itu kalian lagi ada di kantin...." cerita Genta membuat Elok kaget.
"Ka...kamu kok tau?" lagi-lagi Elok terbata-bata dan sedikit ketakutan. Genta membalikkan badannya. "Waktu itu aku mau nganter surat kagumku. Tapi aku nyari kamu kemana-mana nggak ada. Ternyata kamu lagi......." Genta gak melanjutkan ceritanya karena melihat Elok sudah menutup wajahnya.
Dia menghampiri perempuan itu untuk berlutut dihadapannya dan memegang pundaknya. "Sudahlah mbak Elok. Buat apa kamu pertahanin ini semua... Dia ya, yang cuma hal sepele kayak gitu bisa bentak-bentak kamu. Apa maksudnya coba......" suara Genta yang mengalun pelan hingga membuat badan Elok bergetar. Pikiran Elok langsung terbayang-bayang kejadian itu..... Genta tersenyum kearah gadis di depannya.
Angin di taman kota ini berhembus lumayan besar malam ini. Genta melepaskan jaketnya dan memakaikannya ke badan Elok. Elok masih diam dan badannya terasa bergetar di tangan Genta. Lagi-lagi Genta tersenyum. "Udah, yuk balik. Aku anter mbak Elok pulang. Makasih ya mbak udah nyempetin kesini........." kalimat Genta membuat Elok seperti tersadar dari pikirannya yang kalut. Elok menatap laki-laki di depannya lalu tersenyum tipis. Mereka pun pergi meninggalkan taman kota tersebut.................
Comments
Post a Comment